
Semalam bila diri ini memandang ke langit biru, terpandang kepada sekumpulan awan yang berlalu. Lantas diri ini teringat bagaimana awan-awan ini pernah melintas di hati ini suatu masa dahulu.
Dahulu diri ini hanyalah sebagai insan yang biasa. Pernah terpesona dengan awan-awan ini yang berarak berkumpulan bagaikan memberikan perlindungan kepada insan-insan yang bergerak di bawahnya. Entah macam mana diri ini terasa seperti ada awan yang sentiasa memerhatikan dengan rasa kasih sayang. Entah macam mana terasa awan ini memanggil awan-awan yang lain supaya melindungi diri ini daripada kepanasan panahan cahaya matahari. Terasa dingin , nyaman dan rasa dilindungi.
Hari ini , diri ini masih melihat awan yang sama ... tetapi dari jauh. Jauh disudut hati ini. Memerhatikan awan ini berarak ... entah esok diri ini masih dapat melihat kelibat awan ini atau tidak. Bagaimana kalau si awan ini dapat merasakan dirinya diperhatikan ? Mungkin ia akan hilang lagi... sepertimana ia hilang dimasa yang lalu. Perlukah diri ini ... mengejar kelibat awan ini lagi? Hmm adakah diri ini seperti burung pungguk yang merindukan bulan... ...ataupun mengharapkan bulan jatuh ke riba. Lambat laun ia akan perasan juga dengan kehadiran diri ini. Biarkanlah ..... ataupun awan ini akan menjadi marah lalu mencurahkan segala apa yang terkandung di dalamnya ke muka bumi.

Biarlah ia marah, diri ini yang selalu melupakannya. Entah berapa kali awan ini telah mencurahkan air mata. Hai awan diri ini minta jutaan kemaafan. Sememangya tiada jodoh di antara kita. Si Awan berada di atas tapi diri ini masih lagi di bawah.
Hari ini , diri ini masih melihat awan yang sama ... tetapi dari jauh. Jauh disudut hati ini. Memerhatikan awan ini berarak ... entah esok diri ini masih dapat melihat kelibat awan ini atau tidak. Bagaimana kalau si awan ini dapat merasakan dirinya diperhatikan ? Mungkin ia akan hilang lagi... sepertimana ia hilang dimasa yang lalu. Perlukah diri ini ... mengejar kelibat awan ini lagi? Hmm adakah diri ini seperti burung pungguk yang merindukan bulan... ...ataupun mengharapkan bulan jatuh ke riba. Lambat laun ia akan perasan juga dengan kehadiran diri ini. Biarkanlah ..... ataupun awan ini akan menjadi marah lalu mencurahkan segala apa yang terkandung di dalamnya ke muka bumi.
Biarlah ia marah, diri ini yang selalu melupakannya. Entah berapa kali awan ini telah mencurahkan air mata. Hai awan diri ini minta jutaan kemaafan. Sememangya tiada jodoh di antara kita. Si Awan berada di atas tapi diri ini masih lagi di bawah.
Tadi, diri ini menerima berita dari kawan si awan, awan berada dalam keadaan baik, sihat-sihat belaka. Sekarang, dia telah mempunyai dua orang cahaya mata bersama suami tercinta. Diri ini memang tidak boleh dimaafkan. Semoga perbuatan diri ini yang lalu dimaafkan.
Terima kasih awan........ (Sekarang berada di salah satu sekolah di Gelang Patah)
salam syawal armada,
ReplyDeletewah, macam seorang yang mengkaji alam. Cuba pandang pada rembulan pula. Tahu kenapa kamar bulan itu kosong?
Sebab ...perhatikan bulan itu.
Cerita lama
ReplyDelete